Pola makan yang buruk, salah satu penyebab utama semua penyakit jantung. Bahkan makan yang banyak dan enak bisa meningkatkan risiko serangan jantung empat kali lipat.
Para peneliti dari Boston, awal tahun ini mengindikasikan, makan berat bisa memicu serangan jantung sampai empat kali lipat, yaitu dengan mempengaruhi aktivitas fisik dan emosi, terutama pada penderita penyakit jantung. Salah seorang penelitinya, Fransisco Lopez-Jimenez, MD, M.Sc, ahli jantung dari Brigham and Women Hospital, Boston berharap penelitian ini bisa meningkatkan kewaspadaan mereka yang hobi makan banyak dan enak terhadap risiko penyakit jantung.
Bagaimana makan bisa berefek serangan jantung? Proses makan dan pencernaan ternyata melepas berbagai hormon ke dalam aliran darah. Substansi tersebut meningkatkan tekanan serta aliran darah menuju jantung, dan bisa menimbulkan penggumpalan. Peningkatan aliran tekanan darah secara temporer ini meningkatkan beban pada jantung. Tekanan darah tinggi bisa juga merontokan plak kolesterol pada dinding arteri, sehingga memicu penyumbatan pembuluh darah. Akhirnya terjadilah serangan jantung, atau stroke.
Faktor makanan pula yang menjadi perhatian Ketua PERKI DKI Jakarta, “Garam menahan cairan dalam tubuh. Kalau konsumsi garam banyak, cairan di dalam tubuh juga akan lebih lama bertahan,” ungkapnya. Ini jelas berbahaya, terutama pada pasien gagal jantung yang mengalami penumpukan cairan di daerah tertentu.
Oleh karena itu pengetahuan tentang gizi sangat perlu. Dr. Pauline Endang, konsultan Gizi Medik dari RS Fatmawati, Jakarta menyebutkan, kebutuhan gizi pada penderita pada prinsipnya tergantung pada berat dan tinggi badan, aktivitas fisik serta faktor risiko yang diidapnya. Ini penting agar penyakit primernya, seperti hipertensi atau diabetes, tidak menjadi lanjut,” ungkapnya.
Penderita hipertensi, sebaiknya menghindari makanan yang mengandung natrium (garam), pengawet dan kolesterol tinggi. Jadi pemilihan bahan harus diperhatikan, agar selalu segar dengan total kalori yang terdiri dari 60% karbohidrat, 10-15% protein, dan 25-30% lemak. Yang penting gizi dan komposisi makanan harus seimbang dan bervariasi.
Penderita penyakit jantung koroner dengan faktor risiko kolesterol tinggi, hipertensi, obesitas dan merokok, sebaiknya memperhatikan asupan lemak. “Harus rendah lemak, 25% saja. Jangan lupa kandungan serat sekitar 300 gram sayur atau 400-500 gram buah perhari, “katanya.
Pemilihan karbohidrat untuk penderita jantung koroner pun harus hati-hati. Sebaiknya pilih karbohidrat kompleks seperti jagung yang proses pencernaannya lama. Hindari asupan karbohidrat gula langsung dan sirup yang tinggi, cukup lima gram perhari.
Kini banyak produk-produk pangan yang mengkalim diri non kolesterol atau aman bagi jantung, seperti minyak goreng, mentega, bubur gandum, susu, kue dan sebagainya. “Pada dasarnya itu baik, tapi tetap harus kembali pada kaidah gizi yang benar. Kalau salah satu menu makanan sudah mengandung minyak atau santan, jenis makanan yang lain sebaiknya dikukus atau dibakar saja. Tegas Endang. Demikian juga dengan yang walaupun labelnya non kolesterol. Anda harus tegas memilih antara susu atau jenis makanan lain sebagai sumber protein dalam menu hari tersebut.
Endang juga menegaskan soal porsi makanan. “Jangan mengkonsumsi makanan sekaligus dalam porsi yang besar. Lebih baik makan lebih sering dengan porsi kecil,” tambahnya. Ini penting supaya tidak membebani metabolisme tubuh sehingga tidak membebani kerja jantung. Masih mau makan banyak?(SUSANDIJANI. Sumber: Suplemen Koran Tempo, Jumat 26 September 2003, Info kesehatan, hal 5).