Pengaturan ini akan disusul dengan regulasi lain guna membatasi konsumsi gula dan lemak.
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama, Kamis (18/8), di Jakarta, mengatakan, regulasi ini akan menyasar pada restoran siap saji dan atau restoran waralaba."Terus terang ini untuk franchise-franchise karena mengontrolnya lebih mudah dibandingkan dengan warung biasa," katanya di sela-sela Temu Nasional Strategi Kemitraan Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Hasil pertemuan selama dua hari itu akan dibawa sebagai bahan bahasan perwakilan Indonesia dalam Pertemuan Tingkat Tinggi PBB untuk Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, 19-20 September 2011 di New York, Amerika Serikat.
Tjandra memaparkan tiga fase pengendalian penyakit tidak menular, yaitu pengembangan sistem (2006-2009), penguatan sistem (2010-2014), dan pemantapan sistem (2015-1019).Menurut Tjandra, regulasi berbentuk peraturan Menteri Kesehatan akan terbit paling lambat awal 2012. "Konsumsi garam beryodium baik bagi kesehatan, tetapi jangan berlebihan," katanya.
Saat ini, Kemkes menyusun formula takaran tepat bagi pembatasan konsumsi garam. Tanpa menyebutkan angka, Tjandra mengatakan, jumlah konsumsi garam masyarakat Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara.
Di Amerika Serikat, konsumsi garam 9-12 gram per hari, setara 3.600-4.800 miligram (mg) natrium. Beberapa organisasi kesehatan menyarankan konsumsi garam hanya 5-6 gram per hari, setara 2.000-2.400 mg natrium.
Direktur Penyakit Tidak Menular Ditjen P2PL Ekowati Rahajeng, yang bertanggung jawab atas penyusunan Permenkes itu, mengatakan, inti pembatasan konsumsi garam adalah mengurangi konsumsi natrium.
Angka kematian
Dalam sambutannya, Menteri Kesehatan (Menkes) Endang Rahayu Sedyaningsih mengatakan, angka kematian akibat penyakit tidak menular terus meningkat. Dari 41,7 persen (1995), naik jadi 49,9 persen (2001), kemudian 59,5 persen (2007). "Penyakit penyebab kematian tertinggi adalah stroke (15,4 persen) disusul hipertensi, diabetes, kanker, dan penyakit paru obstruktif kronis," kata dia.
Menkes mengatakan, penyakit tidak menular dipicu perilaku hidup tidak sehat, seperti merokok, pola makan salah, dan kurang aktivitas fisik. Data Kemkes 2007 mencatat, 34,7 persen penduduk usia 15 tahun ke atas merokok tiap hari, 93,6 persen kurang konsumsi buah dan sayur, 48,2 persen kurang aktivitas fisik.
Secara terpisah, perwakilan WHO di Indonesia Muhammad Shahjahan mencatat kejadian penyakit tidak menular di Indonesia masih tinggi. Disebutkan, akibat kurang berolahraga, menyumbang enam persen kematian dunia. Selain itu, lebih dari 43 juta anak di bawah usia sekolah kelebihan berat. (Kompas, 19/08/2011)
Powered by Telkomsel BlackBerry®